Soeharto, sebelum menjadi presiden, adalah seorang jenderal militer yang memiliki karier panjang di TNI, mulai dari sersan KNIL hingga Panglima Kostrad. Ia juga terlibat dalam berbagai pertempuran penting, seperti Pertempuran Ambarawa dan pembebasan Irian Barat.
Berikut adalah sejarah lebih lengkap tentang Presiden Soeharto sebelum menjadi Presiden Republik Indonesia ke-2, dengan penjelasan yang lebih mendalam:
Masa Kecil dan Latar Belakang Keluarga
-
Nama lengkap: Soeharto
-
Lahir: 8 Juni 1921, di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, Indonesia
-
Soeharto berasal dari keluarga petani yang sederhana. Ayahnya, Kertosudiro, adalah seorang petani, dan ibunya, Siti Oetini, seorang ibu rumah tangga.
-
Soeharto tumbuh besar di lingkungan yang cukup sederhana, dan sejak kecil ia dikenal sebagai anak yang rajin dan disiplin.
-
Pada usia 15 tahun, ia masuk ke sekolah menengah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Yogyakarta, namun tidak selesai karena kondisi keluarga yang sulit.
Perjalanan Karier Militer
-
1940: Pada usia 19 tahun, Soeharto bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (KNIL), pasukan yang dibentuk oleh Belanda untuk mempertahankan kekuasaannya di Indonesia. Pada waktu itu, ia tidak memulai karier militernya di pasukan inti, namun di pasukan pembantu yang dikenal dengan PETA (Pembela Tanah Air), yang dilatih oleh tentara Jepang.
-
Soeharto menunjukkan kemampuan yang baik dalam hal kepemimpinan, dan setelah Indonesia merdeka, ia kembali bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kemudian berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
Peran Soeharto dalam Revolusi Kemerdekaan
-
Soeharto berperan dalam beberapa pertempuran penting pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia, antara lain dalam Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Ia menjadi perwira muda yang dihormati oleh kawan-kawan sejawatnya.
-
Dalam perang melawan Belanda, Soeharto naik pangkat dengan cepat dan mendapatkan reputasi sebagai perwira yang cakap dan disiplin.
-
Selama periode ini, Soeharto ikut dalam perjuangan fisik dan diplomasi yang memastikan kemerdekaan Indonesia dapat dipertahankan meskipun Belanda berusaha kembali menjajah.
Meningkatkan Karier di Militer
-
1950-an: Soeharto terus mengembangkan karier militernya. Ia ditugaskan ke berbagai posisi penting, termasuk menjadi komandan batalyon dan brigadir.
-
1960: Pada tahun ini, ia dilantik sebagai Komandan Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), pasukan elit militer Indonesia yang bertugas dalam operasi-operasi rahasia dan penumpasan pemberontakan.
-
Pendidikan Militer: Di luar negeri, Soeharto juga mengenyam pendidikan militer di Amerika Serikat, yang memberi pemahaman mendalam tentang strategi perang modern dan cara-cara manajemen militer.
Keterlibatan dalam Politik dan Kejatuhan Soekarno
-
1965: Ketegangan politik antara Presiden Soekarno dan pihak militer semakin memuncak. Pada 30 September 1965, terjadi peristiwa G30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia), yang melibatkan pembunuhan enam jenderal TNI.
-
Dalam kondisi kekacauan ini, Soeharto mengambil peran besar dalam mengendalikan situasi. Sebagai Komandan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD), Soeharto menggerakkan pasukannya untuk mengatasi pemberontakan PKI dan menjaga keamanan.
-
Setelah kejadian ini, Soeharto berperan dalam menstabilkan Indonesia dengan mengambil langkah-langkah militer yang sangat signifikan.
Supersemar dan Pengambilalihan Kekuasaan
-
11 Maret 1966: Dalam kondisi yang penuh ketegangan politik, Soeharto mendapatkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno, yang memberi otoritas kepada Soeharto untuk mengambil alih pengelolaan negara.
-
Pergeseran Kekuasaan: Meskipun Soekarno tetap menjadi presiden formal, Soeharto mulai mengambil kendali penuh atas pemerintah Indonesia. Ia memimpin stabilitas negara dengan mengendalikan militer, politik, dan ekonomi.
-
1967: Melalui keputusan MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara), Soeharto secara resmi diangkat sebagai Pejabat Presiden yang menggantikan Soekarno. Pada saat ini, Soeharto membentuk pemerintahan yang dikenal dengan nama Orde Baru.
Mendirikan Orde Baru
-
Setelah menjadi Presiden, Soeharto mulai memperkenalkan kebijakan ekonomi yang sangat berorientasi pada pembangunan dan stabilitas, serta mengurangi pengaruh komunis dan ideologi lainnya di Indonesia.
-
Golkar (Golongan Karya), yang awalnya merupakan organisasi yang dibentuk Soeharto untuk mendukung Orde Baru, menjadi partai dominan dalam sistem politik Indonesia.
-
Kebijakan stabilitas politik dan ekonomi menjadi ciri utama pemerintahan Orde Baru, yang didukung oleh banyak negara Barat, khususnya Amerika Serikat, yang melihat Indonesia sebagai mitra strategis dalam menghadapi ancaman komunis.
Keberlanjutan Pemerintahan dan Kontroversi
-
Pemerintahan Soeharto dikenal dengan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, tetapi di sisi lain, banyak juga kritik yang mencuat mengenai korupsi, kekuasaan yang otoriter, dan pengekangan kebebasan.
-
Selama masa jabatannya, Soeharto memimpin Indonesia melalui sejumlah perubahan besar, namun pada akhir 1990-an, krisis ekonomi Asia 1997–1998 menyebabkan tekanan besar terhadap pemerintahannya.
Akhir Jabatan dan Kejatuhan
-
1998: Setelah gelombang protes besar-besaran, krisis moneter, dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Orde Baru, Soeharto akhirnya mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 setelah memerintah selama 32 tahun.
-
Setelah mundur, Soeharto menghadapi banyak tuduhan korupsi, namun ia tidak pernah diadili secara hukum. Kejatuhan Soeharto menandai berakhirnya era Orde Baru dan awal dari reformasi di Indonesia.
Soeharto dikenang sebagai sosok yang kontroversial: di satu sisi sebagai tokoh yang membawa Indonesia pada era pembangunan dan stabilitas, namun di sisi lain, sebagai pemimpin yang banyak dikritik karena otoritarianisme dan korupsi yang terjadi di bawah pemerintahannya.
0 komentar:
Posting Komentar